di kampus
sore senja itu,
duduk di pelataran lapangan maha luas
aku,
mengambang bersama angin yang meliukan jilbabku kesembarang arah
terbang, menghalau balau, merangkai cerita tentang kematian
ahh
rupanya ini tidak mungkin jika hanya diam
aku harus menari bersama bahagia, menyenangkan diri dalam sesat
meski akan ternoda
mencoba bahagia dalam surgawi dunia
yang samar tapi nyata
yang nyata namun semu
mungkinkah aku lari? kabur dari asa mati?
kematian bagiku adalah keabadian
mati rasanya semakin melekat pada jiwa
membuat aku melemah
terkulai disetiap sel-sel darah yang bernoda merah
hingga trombositku pecah, porak poranda
dilahap lahar putih penuh dusta
yang membuatku meringis girang karena rasa sakit dan rasa senangnya
ya leukosit telah membahana, dalam sekujur tubuh nista
ahhh
entah aku hidup berapa lama?
26 juni 2012
lufi prasetya ningrum
6:40 pm
untirta
sore senja itu,
duduk di pelataran lapangan maha luas
aku,
mengambang bersama angin yang meliukan jilbabku kesembarang arah
terbang, menghalau balau, merangkai cerita tentang kematian
ahh
rupanya ini tidak mungkin jika hanya diam
aku harus menari bersama bahagia, menyenangkan diri dalam sesat
meski akan ternoda
mencoba bahagia dalam surgawi dunia
yang samar tapi nyata
yang nyata namun semu
mungkinkah aku lari? kabur dari asa mati?
kematian bagiku adalah keabadian
mati rasanya semakin melekat pada jiwa
membuat aku melemah
terkulai disetiap sel-sel darah yang bernoda merah
hingga trombositku pecah, porak poranda
dilahap lahar putih penuh dusta
yang membuatku meringis girang karena rasa sakit dan rasa senangnya
ya leukosit telah membahana, dalam sekujur tubuh nista
ahhh
entah aku hidup berapa lama?
26 juni 2012
lufi prasetya ningrum
6:40 pm
untirta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar