Tulisan hampa
Aku tidak pernah berfikir untuk kehilangan tapi, aku
berharap untuk menghilang. Entah apa yang membuat berkata seperti itu.
Pikiranku terasa sesak, penuh, mungkin aku kehilangan apapun yang aku butuhkan
untuk menjadi wanita yang matang. Aku sangat kehilangan.
Aku memang tak membutuhkan sepatah kata untuk selalu
menguatkanku. Karena aku yakin semua itu pasti percuma, semua itu bergantung
pada diriku. Pada pola pikirku. Bahkan angin yang dapat meniup debu sekalipun
tidak bisa mengubahku.
Walau hatiku selalu berbicara pada angin saat sepi, walau
pikiranku selalu melanglang buana saat hampa, dan walau tubuhku terasa kosong
saat aku terduduk bahkan berkutat pada aktifitasku, aku merasa aku ini jiwa
apa? Aku hanya jiwa yang tidak penuh! Aku merugi, kenapa aku menjadi semakin
rapuh kian hari?
Aku memang tak pernah berjalan bersamanya seperti angin yang
mengiringi langit. Aku mungkin bermimpi untuk meminta pelukannya mendekap tubuh
kecilku, menggengam tanganku erat-erat, menjagaku disaat aku tertidur, dan
mengusap airmataku ketika aku menangis, menimangku saat aku kesakitan,
mendengar ceritaku, keluh kesahku, cita-citaku, aku ingin itu semua..
Aku ingin dia duduk melihatku tumbuh, menjadi dewasa
Aku ingin dia tertawa saat aku naik mencapai puncak citacita
Aku ingin dia melihatku dengan terpana saat aku berlaga
dengan sempurna bak wanita hebat
Aku ingin dia menyekatkan tangannya menyerahkanku pada orang
yang aku cinta
Aku ingin dia tersenyum berurai airmata bahagia melihatku
bergandengan tangan bersama orang yang aku cinta
Aku ingin dia ada disini Tuhan, bukan disisi lain yang fana,
yang aku tidak tahu kemana dia saat aku menangis, apa dia melihatku Tuhan saat
aku tersungkur sakit?
Aku letiih menggangapnya selalu ada Tuhan…
Aku merindukannya
Merindukan cinta kasihnya, saat pertama kali meniupkan lilin
umurku
Merindukan kelembutannya, saat bibirnya mengecup keningku
Merindukan sosoknya yang kuat tak pernah kering dari
keringat
Merindukan suaranya yang selalu bercerita, berceloteh, serta
bersyair ayat-ayat Tuhan
Merindukan dekapan tangannya yang menentramkanku
Merindukan segalanya yang kuanggap bermakna
Aku merindukan dia
Dia yang kusebut dia
ayah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar