Kamis, 22 September 2011

N.O.T.E

27 May 2011
            Malam ini, detikan jam menunjukkan pukul sebelas lewat tiga menit. Aku mematut diriku didepan sebuah laptop lusuh yang sudah butut. Yang aku dapatkan dari kakek tercintaku karena aku menjadi pemenang duta Jakarta barat, ya dua tahun lalu bahagia sekali dapat mesin ketik ini. Tapi, sayang kakekku telah melanglang buana menuju Tuhan. Aku selalu mencintaimu kakek.
                Sudah ratusan lembar cerita hidup yang kuketik entah kapan ini bisa menjadi bahan bacaan orang. Tapi, ini adalah hobi utamaku saat hatiku sedih teringat kakek, teringat papa, teringat memori kesedihan dan bahagia. Aku jadi teringat kakek rela menjual arloji kesayangannya demi membekaliku uang untuk berangkat olimpiade nasional di bogor selama lima hari. Syukur aku mendapat urutan empat diolimpiade itu, senang bukan main hatiku. Karena aku bisa memgobati pengorbanannya.
                Jam terus berdetik berjalan menuju menit kesembilan. Tak terasa mataku merah saga, berair, aku merindukannya. Jentikan-jentikan jemari tanganku seakan terhenti, kutundukan mataku kearah keyboard mencoba menahan tangis, tetapi tak bisa. Malam penuh kemirisan hati ini mengorek hati dan otakku, aku introspeksi diri. Tuhan apa aku sudah membuat kakek, papa, mama bahagia? Oh!
                Tanya itu terus berpacu, kini aku tersudut di pojokkan kamar. Bersembunyi disamping lemari jati yang umurnya sama dengan umurku Yang akan menginjak angka 20 tahun. Ya sama dengan umurku yang semakin berkurang, tapi penuh dosa. Jam sebelas lewat empat belas menit, nampaknya mata ini menangis semakin menjadi-jadi. Aku menangis, aku ini anak macam apa Tuhan? Aku ini manusia apa sampah sih Tuhan? Kenapa aku tidak bisa membuat sekitarku tertawa renyah?
                Arrrrrrhhggggh…. Beginilah jika aku rindu. Hai waktu ! andai aku bisa memutarmu, aku ingin kakek dan papa tidak pergi, aku ingin pamer bahwa aku bisa mendapat angka tertinggi, aku bisa menjadi juara dimanapun, aku bisa melakukan bela diri, aku bisa menari, aku bisa mendapat beasiswa presiden, aku bisa menembus semua perguruan tinggi negeri, aku bisa mengeja huruf-huruf arab, aku bisa, aku bisa. Aku bisa segalanya tapi, apa daya tiada tawa kalian yang mewarnai prestasi itu. Nihil. Apa daya jika kini aku tercipta hanya tercipta sebagai manusia tukang pamer yang sombong?
                Ahhhhhhhhhhh !! kau mesin ketik butut !! sudah bosan kau menemani aku? Sudah bosankah?? Malam ini aku menangis lagi. Kenapa Cuma kau yang setia denganku setelah mereka pergi, kenapa Cuma kau dan mamaku yang mengerti hatiku. Mengerti keluh kesahku, mengerti perasaanku, kapan ya ada seseorang yang bisa sepertimu dan seperti mama? Memberiku sebuah kasih sayang yang maha dasyat? Tidak aku pungkiri memang hanya Tuhan yang maha dasyat tapi, yakinlah Tuhan memberikan kedasyatan itu untuk kita.
                Jam berputar hampir menuju angka dua belas. Udara semakin dingin, merenyahkan riuh suara daun yang bertabrakan, kelimpungan, berceceran rontok kemana-mana.  Mengotori tanah becek sekitar rumahku. Kugeser tubuhku ketengah kamar, mencoba tenang akan kepiluan hati, kembali menulis scenario cerita yang sering disebut para editor tulisku cerpen dan novel. Hmmm otak ini kembali meruncing arrrgh kapan aku buat mama bahagia?
                Hening malam terus mendukungku merenung diri, mengintrospkesi diri tepatnya. Ahhh kalau Cuma bicara dan bertanya tetang kapan aku menjadi baik, menjadi manusia hebat, menjadi seorang yang bisa membahagiakan mama itu tak aka nada hasilnya, satu-satunya adalah aku harus bertindak dan membuat sebuah map kehidupan yang kumonopoli sendiri. Yap ! itu ide bagus !
                Kuusap airmataku, tersenyum lebar, membayangkan Austria dan aku ada disana. Dentingan hp yang kudapat hadiah dari mama berkat aku rangking kelas memecah heningnya malam. Dari salah seorang teman seniorku salah satu redaksi surat kabar dikotaku dan dia seorang istri dari penulis sekaligus sricpt writer rcti yang buku-bukunya cukup terkenal dikalangan remaja, eliau memerintahku untuk segera menyelesaikan proyek karya ilmiah karena akan dibukukan yip ! mataku terbelalak. Semoga dapat kocek untuk beli sesuatu di ulang tahun mama, dan mengirim nisan super indah untuk papa.
                Cepat-cepat kubuka file karya ilmiah ciptaanku, kumasukan kesebuah cd untukku serahkan pada editor seniorku, mudah-mudahan membuahkan hasil. Empat bulan menjadi jamur di rumah ternyata sangat membosankan, aku ingin cepat-cepat masuk kuliah saja, ingin segera melesat keujung dunia, hmmm aku menyandarkan kepala dirak buku yang sudah lumayan tua, berpikir sejenak, gimana ya kalo waktu luang ini diisi dengan melamar kerja jadi apa saja yang peting pengalaman.
                Kerongkongan napaknya membutuhkan cairan manis untukku teguk mala mini, ahh jadi ingat mama menyiapkan santapan dan minuman untuk menemaniku mengetik malam ini. Kubuka pintu kamar, nah ternyata mama sedang asyik berceloteh dengan Tuhan, menengadah tangan, mama kau professor ibu terbaik di dunia, untukku. Ku hampiri mama, kucium seperti papa selalu menciumnya. Ini terasa begitu menyenangkan Tuhan, terimakasih J
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar